Peran Masyarakat Sangat Diperlukan Agar Pencemaran Air Tidak Terjadi
Seminar Hari Air Dunia ke XXV di Provinsi Aceh dilaksanakan pada hari puncak kegiatan peringatahan Hari Air Dunia pada tanggal 22 Maret 2017. Sebelumnya Balai Wilayah Sungai Sumatera-I telah mengadakan beberapa rangkaian kegiatan untuk memperingati Hari Air Dunia ke XXV yaitu kegiatan susur sungai pada tanggal 18 Maret 2017, penanaman pohon di RTH Titi Panyang Gampong Tibang pada tanggal 19 Maret 2017 dan Donor Darah pada tanggal 20 Maret 2017.
Seminar Hari Air Dunia ke XXV diselenggarakan bertempat di Hotel Hermes Palace Kota Banda Aceh dengan mengundang Gubernur Aceh, anggota DPRA, SKPA dan SKPD Pemerintah Aceh, akademisi universitas negeri dan swasta, pimpinan lembaga swadaya masyakarat, pengusaha dan pemerhati di bidang sumber daya air.
Narasumber yang mengisi seminar Hari Air Dunia ke XXV berasal dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, Bali Organic Association dan pakar teknologi pengelolaan limbah Universitas Syiah Kuala.
Hari Air Dunia merupakan kegiatan rutin tahunan yang dilaksanakan diseluruh dunia agar menarik perhatian publik terkait pentingnya air bersih dalam kehidupan yang bertujuan dalam menumbuh kembangkan rasa dalam upaya melestarikan dan mengelola sumber air baik kualitas maupun kuantitas bagi kehidupan secara berkelanjutan. Tema Hari Air Dunia telah ditetapkan oleh PBB untuk setiap tahunnya dengan mengangkat isu strategis yang berkembang. Tahun 2017, peringatan Hari Air Dunia ke-XXV menganggkat tema air dan air limbah.
Dalam sambutannya Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera-I, Bapak Ir. T. Maksal Saputra, MT memaparkan bahwa 80% air yang mengalir begitu saja ke sungai atau sumber air tanpa adanya proses pengolahan hal tersebut berpotensi menjadi air limbah. Ketersediaan air baku tidak sebanding dengan pertumbuhan penduduk yang pesat. Tema Hari Air Dunia ke XXV yaitu air dan air limbah mengajak kita untuk mampu mengatur air bersih secara bijak dan menjaga kebersihan sumber-sumber air.
Dalam sambutan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang dibacakan oleh oleh Gubernur yang pada kesempatan ini diwakili oleh asisten bidang ekonomi dan pembangunan Bapak Drs. H. Saiba Ibrahim, menjelaskan "Ketersediaan air baku tidak lepas dari ketersediaan air dan sumber-sumber air yang memadai, baik kuantitas dan kualitas karena itu marilah kita semua menjaga kelestarian sumber air dengan tidak membuang air limbah ke sumber-sumber air seperti sungai, danau, situ dan mata air.".
Dr. Ir. William Marcus Putuhena, M.Eng. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air dengan paparannya yang berjudul tantangan Indonesia dalam pengelolaan sumber daya air menjelaskan bahwa tantangan yang akan dihadapi tidak membuat masyarakat pesimis namun harus terus bersemangat untuk menjawab tantangan tersebut. Ketersediaan air di Indonesia secara umum mempunyai total potensial 3,9 Triliun meter kubik/tahun yang masih jauh dari rata-rata ketersediaan air dunia. Potensial air Indonesia perkapitanya adalah 71.100 meter kubik/tahun. Jumlah ini masih dibawah negara-negara ASEAN seperti Thailand, Malaysia dan Vietnam.
Dr. Ir. Ni Luh Kartini, M.S. dari Bali Organic Association dengan paparannya mengenai pengusahaan pengelolaan air dan air limbah. Beliau mengibaratkan perjalanan air dari hulu ke laut seperti seekor naga dimana sungai besar adalah badannya, sungai kecil kakinya, kulitnya merupakan sumber-sumber air dan mulutnya berada di laut sehingga apapun yang dilakukan di hulu maka akan berakibat ke laut. Ibu Ni Luh Kartini juga menekankan masyarakat saat ini lebih banyak memakai egonya tanpa memperhatikan eco (ekosistem) yang ada. Penegakan hukum harus dilakukan secara tegas agar lingkungan dan sumber air tetap terjaga. Ibu Ni Luh Kartini mengatakan bahwa air limbah dapat dimurnikan dengan teknologi alami yang akan memberikan dampak yang sangat baik yaitu selain menyelamatkan air dan lingkungan, ekosistem juga ikut terjaga dibandingkan menggunakan bahan kimia.
Dr. Ir. Izarul Machdar, M.Eng merupakan Dosen Fakultas Teknik Kimia Universitas Syiah Kuala dengan paparannya mengenai konsepsi pengelolaan air limbah secara benar. Beliau menjelaskan bagaimana perbandingan pengelolaan limbah antara Indonesia dan negara-negara lain. Menurut beliau perlu adanya sebuah standar dalam pembangunan pengelolaan limbah seperti standar untuk septi tank dan bangunan pengelolahan limbah agar tidak mencemari sumber-sumber air. Pemerintah harus berinovasi dalam melakukan pengelohan limbah agar kelestarian air dapat terjaga..
Peran masyarakat sangat diharapkan untuk mengatasi krisis air yang terjadi. Krisis air bukan hanya masalah kuantitas air saja melainkan kualitas air untuk dikomsumsi. Kesadaran masyarakat untuk tidak mencemari sumber-sumber air perlu ditingkatkan.