Dampak Pentingnya Pengelolaan Bendungan Bagi Masyarakat
Bendungan merupakan salah satu bangunan infrastruktur bidang sumber daya air yang penting dan memberikan manfaat bagi masyarakat setempat. Dengan tampungannya yang besar dapat mengurangi tingkat kekritisan air yang semakin terasa tidak terkecuali di Aceh, diperparah lagi dengan kondisi iklim yang fluktuatif antara debit hujan yang besar dan air yang semakin hari semakin menurun, maka peranan infrastruktur sumber daya air semakin penting dan sangat perlu dibutuhkan. Saat ini masyarakat sudah dihadapkan pada kenyataan bahwa ketersediaan sumber daya air sudah sangat kritis. Dan salah satu penanganan yang terbaik adalah dengan pendekatan struktural, yaitu membangun penampung – penampung air seperti waduk atau bendungan, yang mempunyai berbagi macam manfaat diantaranya menampung air, irigasi, air baku, tenaga listrik, pengendali banjir, perikanan, pariwisata dan konservasi. Namun selain manfaat yang besar, bendungan juga menyimpan potensi bahaya besar yang dapat mengancam kehidupan manusia dengan kerugian materi serta jiwa manusia. Untuk itu bendungan harus dikelola dengan baik agar bendungan tersebut tetap aman atau apabila ada kerusakan dan perilaku bendungan diluar batas yang direncanakan dapat diketahui secara dini. Salah satu kegiatan pengelolaannya adalah dengan melakukan pemantauan bendungan. Pemantauan bendungan dilakukan oleh pemilik bendungan. Pemilik bendungan adalah instansi pemerintahan seperti Balai Wilayah Sungai Sumatera I. Balai Wilayah Sungai Sumatera I membentuk tim yang sering dinamakan Unit Pengelola Bendungan (UPB) yang bertugas untuk mengelola bendungan. Salah satu bendungan yang dikelola oleh Balai Wilayah Sungai Sumatera I adalah Bendungan Keuliling. Bendungan keuliling merupakan bendungan yang dibangun untuk melayani irigasi dan air baku. Bendungan Keuliling terletak di Desa Bak Sukon, Kecamatan Kuta Cot Glie, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh.
Seberapa sering pemantauan dan apa saja hal-hal yang dipantau? Kegiatan pemantauan dilakukan sesuai dengan kebutuhan bendungan tersebut tergantung dengan perilakunya. Apabila bendungan tersebut menunjukkan perilaku diluar batas yang direncanakan maka harus dipantau sesering mungkin minimal seminggu sekali. Tetapi jika bendungan tersebut perilakunya normal maka dapat dipantau minimal 3 (tiga) kali dalam setahun. Hal-hal yang perlu dipantau adalah : (1) air (air waduk, rembesan, air tanah, tekanan air pori), (2) gerakan dan pergeseran bendungan, (3) getaran (gempa, gelombang), dan (4) klimatologi seperti kecepatan angin, suhu, penguapan, dan hujan.
Adapun instrumentasi yang diamati berupa; (1) Vibrating Wire Piezometer (metode analisa dengan membuat tabel hubungan antar elevasi muka air dengan tekanan air pori pada titik vibrating wire piezometer), (2) Standpipe Piezometer (metode analisa dengan membuat tabel hubungan antar elevasi muka air waduk dengan tekanan air pori pada titik openstand pipe piezometer, (3) Inclinometer (metode analisa data inclinometer dilakukan dengan membandingkan data pengamatan sekarang dengan data pengamatan awal dan dilakukan peninjauan terhadap grafik gerakan baik ke arah horizontal (ke hilir dan ke hulu) tubuh bendungan maupun ke arah sejajar as bendungan (ke kiri dan ke kanan) dan grafik resultante dari kedua arah gerakan tersebut), (4) Patok Geser (metode analisa data patok geser dilakukan dengan membandingkan data koordinat hasil pengukuran patok geser (PG) tiap bulan dengan data pengukuran awal koordinat patok referensi (PR) dimana data tersebut merupakan koordinat awal (initial coordinate), (5) Alat Ukur Rembesan (V-Notch) (metode analisa dengan membuat grafik yang menggambarkan hubungan debit di kolam v-notch dan elevasi muka air waduk terhadap waktu (grafik versus), kemudian pada grafik versus tersebut (dibawahnya) dibuat grafik curah hujan terhadap waktu yang sama dengan grafik versus.